Indonesia's Food And Travelling

Indonesia's Food And Travelling
Home » » History Of Tradisional Food / Pempek Palembang, And The Type Of Its Kind (Sejarah Pempek Palembang dan Jenis Jenisnya)

History Of Tradisional Food / Pempek Palembang, And The Type Of Its Kind (Sejarah Pempek Palembang dan Jenis Jenisnya)

Written By Unknown on Wednesday, November 5, 2014 | 12:34 AM

(English)


Palembang is the capital of South Sumatra Province. Palembang is a multi ethnic city, many immigrants in this city, not only from the other areas in the southern part of Sumatra, such as regional Histories, Muara Enim, Lahat, Pagar Alam and so forth, but also from areas outside of South Sumatra itself, such as Lampung, Java, Sunda, Batak, Manado, Padang, from abroad such as Arab, India (often called Tambi), and also of China (China).
Since the influx of nomads from China around the 16th century, when Sultan Mahmud Badaruddin II ruled in the Sultanate of Palembang Darussalam, pempek has existed in the town. Pempek or empek empek name believed to be derived from the word ' Apex ' i.e. the designation for old man of Chinese descent.
Based on folk tales, circa 1617, a 65-year-old Apek that lived in the area of Assembly on the banks of musi River feel the concern to see the abundant fish catches from the musi river but has not been fullest at manage, only as fried and boiled. He tried an alternative processing by mixing minced fish meat with tapioca flour so that it creates a new type of food. The food was sold by bike around the village, and customers are often pursue by calling 'pek, apek' (Apek in Chinese means uncle). And often those words uttered repeated rework so that buyers are accustomed to calling the 'apek apek' and then there was the term empek empek then pempek.
There is another story, many Chinese citizens were seeking a livelihood in Palembang with trade, and in particular their traditional food with fish base material blended tapioca flour (sagu) for the purposes of the customs. around the year 1916 it was sold by the descendants of the native named Sipek.
In his journeys, pempek progression into several types, such as kapal selam, adaaan,  lenjer. For those of you that comes from the Palambang or South Sumatra, may already be familiar with lenjer, pastel, adaan, kriting, kapal selam, models and tekwan. Varieties of pempek can be distinguished from its size, the large and the small. Large pempek generally consist of two kinds, namely pempek lenjer bear dan kapal selam, while small pempek consists of the adaan, pempek lenjer kecil, kriting, pastel, pempek telor or pempek kapal selam kecil.
Thus the history of pempek and its kind, may be useful.

(Indonesia)

Palembang adalah ibukota dari provinsi Sumatra Selatan. Kota Palembang adalah kota multi ethnic, banyak pendatang di kota Palembang ini, tidak hanya dari daerah daerah lain di Sumatra bagian Selatan, seperti daerah Komering, Lahat, Muara Enim, Pagar alam dan sebagainya, tetapi juga dari daerah luar Sumatra Selatan itu sendiri, seperti Lampung, Jawa, Sunda, Padang, Batak, Manado hingga orang luar Indonesia seperti Arab, India (sering disebut Tambi), dan juga Cina (Tiongkok).
Sejak masuknya perantau Cina sekitar abad ke 16,  saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam, pempek telah ada di Palembang. Nama empek empek atau pempek diyakini berasal dari kata 'Apek' yaitu sebutan untuk laki laki tua keturunan Cina.
Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617, seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal didaerah perakitan ditepian sungai musi merasakan keprihatinan menyaksikan tangkapan ikan yang melimpah dari sungai musi tetapi belum dimanfaaatkan secara maksimal, hanya sebatas digoreng dan di pindang. Ia mencoba alternatif pengolahan dengan mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka sehingga menciptakan makanan jenis baru. Makanan itu dijajakan dengan sepeda berkeliling perkampungan, dan pembelinya sering mengejar dengan menyebut 'pek, apek' (apek dalam bahasa tionghoa berarti paman). Dan seringnya kata tersebut diucapkan berulang ulang sehingga pembeli terbiasa menyebut 'apek apek' lalu terjadilah istilah 'empek empek lalu pempek'.

Ada cerita lain lagi, dahulu warga tionghoa banyak mencari penghidupan di Palembang dengan berdagang, dan dalam upacara adat tertentu mereka menghidangkan makanan dengan bahan dasar ikan dicampur tepung tapioka (sagu) untuk keperluan adat. Baru sekitar tahun 1916 makanan itu dijual oleh penduduk keturunan pribumi bernama Sipek.
Dalam perjalannnya pempek mengalami perkembangan menjadi beberapa jenis, seperti kapal selam, adaan dan lenjer. Bagi anda yang berasal dari Palmbang atau Sumatra Selatan, mungkin sudah tidak asing dengan istilah lenjer, pastel, adaan, kriting, kapal selam, model dan tekwan. Jenis pempek bisa dibedakan dari ukurannya, yang besar dan yang kecil. Pempek besar umumnya terdiri dari dua macam, yaitu pempek kapal selam dan pempek lenjer besar, sedangkan pempek kecil terdiri dari pempek adaan, pempek kriting, pempek lenjer kecil,pempek pastel, pempek telur atau pempek kapal selam kecil.
Demikian sejarah pempek dan jenisnya, semoga bermanfaat.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

You have symptoms of tinnitus?

 
Copyright © 2014. Knick Knack Of Life - All Rights Reserved